Sebagai contoh dibawah ini adalah surat yang dikirimkan salah seorang Wali Siswa kepada Pihak yang berkompeten dengan Dapodik.
dan masih banyak lagi surat yang senada tentang bodohnya program NISN (Dapodik) ini.Kepada YTH
Bagian Sistem Informasi Biro Perencanaan dan KLN DEPDIKNAS
Gedung C Lt.7
Jalan Sudirman JakartaBersama email ini saya selaku personal merasa keberatan dengan di publishnya data anak saya secara online di Nomor Induk Siswa (NIS) Nasional oleh Depdiknas. Dan data tersebut bisa didapat clear text dari google, berikut linknya : (sengaja saya hapuskan agar tidak dibuka)Hal ini saya sampaikan karena saya bekerja di bidang information security, dan saya tahu betul bahwa data yang di publish secara online oleh Depdiknas dibuat dengan niat baik. Akan tetapi secara keamanan ini mengandung banyak resiko sekali.Data yang dipublish oleh Depdiknas bisa digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kejahatan (misal:culik) atau menjual belikan data tsb ke pihak lain untuk tujuan komersial.Mohon pihak Depdiknas menindaklanjuti masalah ini dengan cara dibuat access by request saja. Jadi jika memang ada pihak lain yang butuh data tersebut bisa request terlebih dahulu dengan memberi identitas jelas.Saya rasa jika orang tua murid yang lain tahu akan hal ini akan bereaksi sama dengan saya.Mohon aspek security/keamanan juga diperhatikan dalam mengembangkan teknologi apalagi berhubungan dengan data oranglain atau identitas oranglain.Terimakasih dan saya tunggu jawabannya.
beberapa lagi komentar tentang NISN....
Unsur “dik” dalam akronim “depdiknas” adalah “pendidikan”. Pastilah dalam lembaga itu isinya para ahli pendidikan sehingga tahu apa artinya konten yang mendidik. Termasuk dalam konten yang mendidik itu adalah privasi dan keamanan si empunya nama. Maka melalui sajian info itu saya menjadi warga yang sedang belajar memahami pendidikan. Tepatnya pendidikan versi diknas yang supercerdas.
Saya mendapatkan kabar ini dari Budi Putra. Dia sudah meneropong masalahnya di blognya dengan tajam: “Stupidity in the New Media Era“. Blogger lain, misalnya Treespotter, menulis “This is very serious and one wonders why the Ministry done it in the first place.” Adapun Fajar Jasmin menyatakannya dengan tajuk “This Could be Stopped“.
Sudah jelas kan pesan mereka? Saya tak perlu mengulanginya. Saya hanya khawatir data itu akan ditambah dengan nomor telepon semua anggota keluarga, gambar KK dan KTP orangtua, nomor rekening bank, NPWP, surat nikah, dan informasi lain yang menurut negara harus dipublikasikan.
Saya berlebihan? Maafkan kenaifan saya. Maklumlah saya bukan ahli pendidikan apalagi ahli internet."
http://treespotter.blogspot.com/2008/10/diknas-and-bakrie-alert.html
Menurut saya peribadi, hal ini sudah saya prediksi jauh hari bakal terjadi seperti ini, karena saya melihat begitu gampangnya untuk melihat data dari seorang siswa dengan hanya mengetikkan nama siswa tersebut di mesin penjawab ( om google...) maka link data lengkap siswa tersebut dapat terlihat seketika itu juga, jadi wajar dimana-mana orang tua siswa, apalagi dikota-kota besar merasa kuatir akan keselamatan anaknya.
Tingkat keamanan dari Sistem Dapodik ini sepertinya kurang diperhatikan, hak login untuk dapat mengakses data siswa terlalu dibebaskan.
Sepertinya tujuan Departemen Pendidikan Nasional untuk membuat database siswa secara online berakhir dengan malapetaka besar bukan hanya dalam negeri, tetapi sampai ke luar negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar