Senin, Oktober 13, 2008

NISN (Dapodik).......Malapetaka ataukah Perbaikan

Maraknya pembicaraan yang menyangkut tentang NISN membuat aku terkejut, disatu sisi Program Pemerintah melalui Depdiknas untuk dapat memberikan Nomor Induk Siswa secara Nasional dari mulai SD sampai ke PT melalui database yang terkordinir sangat masuk akal dan dapat diandalkan, tetapi dari sisi lain malah membuat "malapetaka" dan menggangu ketenangan orang lain dan melanggar hak privaci seseorang.

Sebagai contoh dibawah ini adalah surat yang dikirimkan salah seorang Wali Siswa kepada Pihak yang berkompeten dengan Dapodik.

Kepada YTH

Bagian Sistem Informasi Biro Perencanaan dan KLN DEPDIKNAS
Gedung C Lt.7
Jalan Sudirman Jakarta

Bersama email ini saya selaku personal merasa keberatan dengan di publishnya data anak saya secara online di Nomor Induk Siswa (NIS) Nasional oleh Depdiknas. Dan data tersebut bisa didapat clear text dari google, berikut linknya : (sengaja saya hapuskan agar tidak dibuka)
Hal ini saya sampaikan karena saya bekerja di bidang information security, dan saya tahu betul bahwa data yang di publish secara online oleh Depdiknas dibuat dengan niat baik. Akan tetapi secara keamanan ini mengandung banyak resiko sekali.
Data yang dipublish oleh Depdiknas bisa digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan tindakan kejahatan (misal:culik) atau menjual belikan data tsb ke pihak lain untuk tujuan komersial.
Mohon pihak Depdiknas menindaklanjuti masalah ini dengan cara dibuat access by request saja. Jadi jika memang ada pihak lain yang butuh data tersebut bisa request terlebih dahulu dengan memberi identitas jelas.
Saya rasa jika orang tua murid yang lain tahu akan hal ini akan bereaksi sama dengan saya.
Mohon aspek security/keamanan juga diperhatikan dalam mengembangkan teknologi apalagi berhubungan dengan data oranglain atau identitas oranglain.
Terimakasih dan saya tunggu jawabannya.
dan masih banyak lagi surat yang senada tentang bodohnya program NISN (Dapodik) ini.
beberapa lagi komentar tentang NISN....

Percuma saya menjelaskan kepada anak-anak saya yang masih di bawah umur agar hati-hati dalam mengungkap identitas di internet. Misalnya alamat rumah. Kenapa? Lihatlah yang dilakukan oleh Depdiknas. Sungguh amat sangat mendidik nian: mengumumkan identitas 36 juta siswa, termasuk tanggal lahir dan alamat rumah. Seluruh data siswa Indonesia, sejak SD sampai SMA (sampai siang ini 36.782.605 anak) bisa diunduh sebagai berkas Excel.

Unsur “dik” dalam akronim “depdiknas” adalah “pendidikan”. Pastilah dalam lembaga itu isinya para ahli pendidikan sehingga tahu apa artinya konten yang mendidik. Termasuk dalam konten yang mendidik itu adalah privasi dan keamanan si empunya nama. Maka melalui sajian info itu saya menjadi warga yang sedang belajar memahami pendidikan. Tepatnya pendidikan versi diknas yang supercerdas.

Saya mendapatkan kabar ini dari Budi Putra. Dia sudah meneropong masalahnya di blognya dengan tajam: “Stupidity in the New Media Era“. Blogger lain, misalnya Treespotter, menulis “This is very serious and one wonders why the Ministry done it in the first place.” Adapun Fajar Jasmin menyatakannya dengan tajuk “This Could be Stopped“.

Sudah jelas kan pesan mereka? Saya tak perlu mengulanginya. Saya hanya khawatir data itu akan ditambah dengan nomor telepon semua anggota keluarga, gambar KK dan KTP orangtua, nomor rekening bank, NPWP, surat nikah, dan informasi lain yang menurut negara harus dipublikasikan.

Saya berlebihan? Maafkan kenaifan saya. Maklumlah saya bukan ahli pendidikan apalagi ahli internet."






Menurut saya peribadi, hal ini sudah saya prediksi jauh hari bakal terjadi seperti ini, karena saya melihat begitu gampangnya untuk melihat data dari seorang siswa dengan hanya mengetikkan nama siswa tersebut di mesin penjawab ( om google...) maka link data lengkap siswa tersebut dapat terlihat seketika itu juga, jadi wajar dimana-mana orang tua siswa, apalagi dikota-kota besar merasa kuatir akan keselamatan anaknya.

Tingkat keamanan dari Sistem Dapodik ini sepertinya kurang diperhatikan, hak login untuk dapat mengakses data siswa terlalu dibebaskan.
Sepertinya tujuan Departemen Pendidikan Nasional untuk membuat database siswa secara online berakhir dengan malapetaka besar bukan hanya dalam negeri, tetapi sampai ke luar negeri.

Tidak ada komentar: